
Jakarta, inca.ac.id – Pariwisata bukan lagi sekadar jalan-jalan dan selfie. Di balik keindahan alam dan arsitektur bersejarah, terdapat roda ekonomi yang berputar, budaya yang terangkat, dan komunitas yang bertumbuh. Dan di sinilah pentingnya memahami strategi pengembangan pariwisata secara utuh, bukan setengah-setengah.
Saya masih ingat saat pertama kali mengunjungi Desa Nglanggeran, Gunung Kidul. Bukan tempat yang dulu sering terdengar. Tapi berkat kerja sama masyarakat dan pengelolaan yang cermat, desa itu kini jadi salah satu destinasi wisata unggulan. Tidak mewah, tidak hedonistik, tapi punya soul—jiwa yang kuat karena dibangun bersama dan bukan hanya sekadar proyek.
Strategi pengembangan pariwisata saat ini menuntut kita untuk cermat: bukan sekadar mempromosikan tempat baru, tapi bagaimana memastikan keberlanjutan, dampak ekonomi yang adil, serta pertumbuhan ekosistem yang sehat. Di artikel ini, kita akan bedah bersama bagaimana strategi-strategi tersebut bisa bekerja, dan bagaimana mahasiswa atau praktisi pemula bisa ikut berkontribusi.
Mengenali Akar: Potensi Lokal dan Karakter Destinasi
Setiap daerah punya keunikan, dan strategi pengembangan pariwisata yang baik berawal dari mengenali potensi lokal. Tapi masalahnya, banyak wilayah justru memaksakan diri menjadi “Bali berikutnya” atau “Eropa rasa lokal” alih-alih menggali jati diri mereka sendiri.
Lihat saja contoh Tana Toraja di Sulawesi Selatan. Wisata di sana tumbuh bukan karena pantainya, tapi karena budaya pemakaman dan arsitektur rumah adatnya yang sangat khas. Mereka tidak mencoba menjadi seperti tempat lain. Mereka merayakan keunikan sendiri.
Itulah prinsip pertama dalam strategi pengembangan pariwisata: destination identity. Kita perlu memahami:
-
Apa kekuatan utama daerah tersebut?
-
Apa cerita yang bisa dibangun?
-
Apa pengalaman autentik yang bisa diberikan?
Misalnya, daerah dengan hutan lebat dan desa adat bisa mengembangkan wisata berbasis ekowisata dan budaya. Daerah pesisir bisa menawarkan wisata bahari yang edukatif, bukan hanya aktivitas selfie di dermaga apung.
Strategi seperti ini bisa dimulai dari riset kecil oleh mahasiswa, dengan melibatkan warga sekitar dalam pengumpulan data—semacam kuliah lapangan yang berdampak riil.
Digitalisasi Pariwisata: Tidak Lagi Pilihan, Tapi Keharusan
Era brosur dan pamflet sudah berlalu. Hari ini, semua wisatawan—baik lokal maupun internasional—mencari referensi dari media sosial, review online, dan peta digital. Maka dari itu, strategi pengembangan pariwisata yang efektif harus mengintegrasikan digitalisasi sebagai bagian tak terpisahkan.
Tapi digitalisasi ini bukan sekadar bikin akun Instagram. Lebih dari itu, yang harus diperhatikan adalah:
-
Branding visual: Foto-foto berkualitas tinggi, estetika lokal, dan narasi yang kuat.
-
Platform informasi terintegrasi: Website resmi, Google Maps update, e-ticketing.
-
User-generated content (UGC): Libatkan wisatawan untuk ikut menyebarkan konten.
-
Kolaborasi dengan travel influencer yang relevan: Bukan asal viral, tapi punya keterikatan nilai.
Di sini, mahasiswa bisa ambil peran besar. Banyak program studi pariwisata atau komunikasi yang melibatkan proyek digital branding desa wisata. Mahasiswa jadi semacam jembatan antara masyarakat lokal dan dunia digital.
Contohnya, di tahun 2023 lalu, sekelompok mahasiswa di Banyuwangi membuat kampanye digital untuk wisata Alas Purwo. Kampanye itu menjangkau 250 ribu orang dalam dua minggu pertama, dan jumlah kunjungan meningkat 17% selama dua bulan berikutnya. Semua dimulai dari tugas kuliah yang dikerjakan dengan semangat kolaboratif.
Strategi Kebijakan: Dari Pemerintah, Untuk Masa Depan
Pariwisata tidak bisa berkembang tanpa kebijakan yang jelas. Strategi pengembangan pariwisata juga harus menyentuh ranah regulasi dan program pemerintah, terutama yang menyangkut:
-
Infrastruktur dasar: jalan, transportasi, listrik, dan jaringan internet.
-
Pelatihan SDM pariwisata di tingkat lokal.
-
Sertifikasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environment).
-
Pemetaan dan zonasi kawasan wisata.
Program seperti Desa Wisata yang diluncurkan oleh Kemenparekraf jadi salah satu contoh konkret. Tapi tetap saja, tanpa koordinasi lintas sektor—dari dinas pariwisata, pendidikan, ekonomi kreatif, hingga masyarakat—strategi ini bisa jadi setengah jalan.
Faktanya, menurut laporan media nasional, banyak destinasi yang gagal berkembang karena benturan kepentingan antara pemerintah daerah, pengusaha, dan masyarakat adat. Strategi tanpa komunikasi hanya akan jadi narasi atas kertas.
Mahasiswa, akademisi, dan media punya peran penting sebagai penyambung suara masyarakat. Lewat penelitian, diskusi publik, atau artikel opini, banyak hal bisa dikawal agar strategi pembangunan tidak salah arah.
Peran Masyarakat dan Wisatawan dalam Ekosistem Wisata
Ini bagian yang sering terlupakan: strategi pengembangan pariwisata tidak akan berhasil tanpa partisipasi masyarakat lokal dan wisatawan itu sendiri.
Masyarakat adalah pelaku utama. Mereka yang menyambut, melayani, bahkan menjaga kelestarian tempat wisata. Maka dari itu, program pelatihan seperti:
-
Edukasi sadar wisata
-
Pelatihan pemandu lokal
-
Workshop UMKM produk lokal
…bukan sekadar tambahan, tapi inti dari strategi jangka panjang.
Sementara itu, wisatawan juga harus diedukasi. Edukasi tentang etika berkunjung, pentingnya menjaga kebersihan, hingga mendukung produk lokal bisa jadi kunci menjaga keberlanjutan.
Pernah ada cerita dari teman saya yang traveling ke desa wisata di Lombok. Ia niatnya baik, membeli suvenir dari pasar. Tapi setelah ngobrol dengan warga, ternyata banyak suvenir tersebut bukan buatan lokal, melainkan dari pabrik di luar daerah. Warga tidak mendapat manfaat langsung dari penjualan tersebut.
Di sinilah pentingnya edukasi wisatawan. Dan ini bisa dimasukkan dalam strategi pengembangan pariwisata, misalnya lewat brosur edukatif, QR code yang berisi informasi produk, atau kampanye sosial.
Penutup: Strategi Pengembangan Pariwisata Harus Inklusif dan Fleksibel
Mengembangkan pariwisata bukan soal membangun resor atau membuat tempat viral. Ini tentang merancang ekosistem yang saling menguatkan antara destinasi, masyarakat, pemerintah, dan wisatawan.
Strategi pengembangan pariwisata yang berhasil adalah yang:
-
Berbasis pada identitas lokal.
-
Terintegrasi dengan teknologi.
-
Didukung kebijakan yang jelas dan adil.
-
Memperkuat peran masyarakat.
-
Mengedukasi wisatawan untuk berperilaku bijak.
Dan bagi mahasiswa atau generasi muda yang sedang belajar tentang dunia pariwisata, ini saatnya untuk terlibat lebih dari sekadar studi teori. Jadikan tugas kuliah sebagai prototipe nyata. Ajak komunitas, buat konten, ajukan riset—karena masa depan pariwisata Indonesia tidak akan lahir dari ruang rapat, tapi dari lapangan yang penuh semangat kolaboratif.
Karena di ujung hari, pariwisata yang tumbuh adalah pariwisata yang hidup di hati semua orang—bukan cuma yang cantik di media sosial, tapi yang bermakna di kehidupan nyata.
Baca Juga Konten Dengan Artikel Terkait Tentang: Pengetahuan
Baca Juga Artikel Dari: Cara Belajar Keuangan untuk Pemula agar Tidak Gagal Atur Uang
Kunjungi Website Resmi: inca travel
#Pariwisata #Pengembangan Pariwisata #Strategi #Strategi Pariwisata #Strategi Pengembangan #Strategi Pengembangan Pariwisata