
Jakarta, inca.ac.id – Bayangkan seorang mahasiswa tingkat akhir yang sedang menulis skripsi. Di meja kosnya yang sempit, bertumpuk buku metodologi, rekaman wawancara, serta catatan kecil penuh coretan. Ia sedang melakukan riset kualitatif, metode penelitian yang tidak berfokus pada angka, melainkan pada makna, pengalaman, dan cerita di balik data.
Riset kualitatif mahasiswa adalah sebuah pendekatan penelitian yang sering dipakai dalam ilmu sosial, pendidikan, komunikasi, hingga kesehatan. Berbeda dengan riset kuantitatif yang mengandalkan angka, riset kualitatif lebih menekankan pada “mengapa” dan “bagaimana” sesuatu terjadi. Mahasiswa tidak sekadar menghitung berapa banyak orang yang melakukan sesuatu, tapi lebih ingin tahu kenapa mereka melakukannya dan bagaimana mereka memaknai pengalaman tersebut.
Salah satu contoh nyata bisa dilihat pada penelitian seorang mahasiswa komunikasi yang meneliti perilaku pengguna media sosial. Alih-alih menghitung jumlah jam penggunaan, ia mewawancarai mahasiswa lain untuk memahami bagaimana Instagram memengaruhi rasa percaya diri mereka. Dari percakapan mendalam itulah lahir temuan yang lebih “hidup” dan penuh cerita, dibanding sekadar angka statistik.
Mengapa penting? Karena dunia nyata tidak hanya terdiri dari tabel dan diagram. Banyak fenomena sosial yang lebih baik dijelaskan melalui kata-kata, narasi, dan interpretasi. Riset kualitatif membantu mahasiswa melihat sisi manusiawi dari sebuah masalah.
Karakteristik Utama Riset Kualitatif Mahasiswa
Ada beberapa ciri khas riset kualitatif yang membedakannya dari riset kuantitatif. Mari kita bedah satu per satu:
-
Berfokus pada Makna
Mahasiswa yang melakukan riset kualitatif lebih peduli pada makna yang dibentuk partisipan. Contohnya, saat meneliti gaya hidup mahasiswa rantau, fokusnya bukan pada berapa banyak mereka belanja bulanan, melainkan bagaimana mereka memaknai kata “hemat” atau “bertahan hidup di perantauan”. -
Data Berupa Kata-Kata
Data kualitatif biasanya diperoleh dari wawancara, catatan lapangan, transkrip diskusi kelompok, atau observasi. Hasilnya berupa kata-kata, bukan angka. -
Fleksibel dan Kontekstual
Riset kualitatif tidak selalu kaku dengan hipotesis. Mahasiswa bisa menyesuaikan pertanyaan penelitian berdasarkan situasi di lapangan. -
Peneliti sebagai Instrumen Utama
Dalam riset kualitatif, mahasiswa bukan sekadar “pengumpul data”, tapi juga bagian dari proses penelitian. Cara ia bertanya, berinteraksi, hingga menafsirkan data sangat berpengaruh pada hasil akhir. -
Analisis Bersifat Induktif
Alih-alih menguji hipotesis, riset kualitatif biasanya membangun teori dari bawah, yaitu dari data lapangan yang sudah dikumpulkan.
Sederhananya, kalau riset kuantitatif ibarat menghitung jumlah penonton bioskop, maka riset kualitatif lebih seperti mengulik cerita pengalaman penonton tentang film yang mereka tonton: apakah menyentuh, membosankan, atau mengubah cara pandang mereka.
Teknik Pengumpulan Data dalam Riset Kualitatif Mahasiswa
Banyak mahasiswa awalnya bingung: “Kalau tidak pakai kuesioner angka, lalu datanya dari mana?” Jawabannya, riset kualitatif punya beragam teknik pengumpulan data yang kaya akan cerita.
-
Wawancara Mendalam (In-depth Interview)
Metode ini paling populer. Mahasiswa biasanya menyusun pertanyaan terbuka, lalu menggali pengalaman partisipan secara detail. Misalnya, seorang mahasiswa psikologi mewawancarai korban bullying untuk memahami dampak emosional yang dialami. -
Focus Group Discussion (FGD)
Diskusi kelompok ini melibatkan beberapa orang sekaligus untuk membahas suatu topik. Cara ini efektif untuk melihat dinamika interaksi antarpartisipan. -
Observasi Partisipatif
Mahasiswa ikut terjun langsung ke lapangan, mengamati aktivitas secara langsung, bahkan kadang terlibat di dalamnya. Contoh, mahasiswa antropologi ikut tinggal di desa untuk meneliti tradisi lokal. -
Studi Dokumentasi
Selain interaksi langsung, riset kualitatif juga bisa memanfaatkan dokumen, arsip, artikel, hingga postingan media sosial sebagai bahan analisis. -
Catatan Lapangan (Field Notes)
Mahasiswa biasanya menuliskan detail yang tidak terekam audio, seperti ekspresi wajah, suasana, atau bahasa tubuh partisipan.
Pengumpulan data ini membutuhkan kesabaran ekstra. Seorang teman saya, mahasiswa pendidikan, pernah bercerita kalau ia harus duduk berjam-jam di ruang kelas hanya untuk mencatat cara guru berinteraksi dengan murid. Katanya, meski melelahkan, hasil pengamatan langsung itu memberi warna berbeda pada penelitiannya.
Analisis Data Riset Kualitatif
Mengolah data kualitatif tidak sesederhana menghitung rata-rata atau persentase. Mahasiswa harus “menyulam” data menjadi cerita bermakna.
-
Transkripsi
Semua rekaman wawancara atau diskusi diubah menjadi teks tertulis. Proses ini memang melelahkan, tapi sangat penting untuk analisis. -
Coding (Pemberian Kode)
Mahasiswa membaca transkrip, lalu memberi label pada bagian tertentu sesuai tema. Misalnya, kata-kata partisipan tentang “kesepian” diberi kode tertentu, sementara cerita tentang “dukungan teman” diberi kode lain. -
Kategori dan Tema
Kode-kode tersebut kemudian dikelompokkan menjadi kategori yang lebih luas. Dari kategori inilah lahir tema utama penelitian. -
Interpretasi
Tahap terakhir adalah menafsirkan data: apa makna dari semua temuan itu? Bagaimana kaitannya dengan teori atau literatur yang sudah ada?
Contoh sederhana: dalam penelitian tentang mahasiswa perantau, tema yang muncul bisa berupa “strategi bertahan hidup”, “dukungan sosial”, dan “kerinduan terhadap keluarga”. Dari tema inilah mahasiswa bisa menyimpulkan gambaran utuh tentang pengalaman hidup perantau.
Tantangan Riset Kualitatif Mahasiswa
Meski menarik, riset kualitatif tidak bebas dari tantangan. Beberapa di antaranya:
-
Waktu yang Lama
Mengumpulkan dan menganalisis data kualitatif butuh waktu panjang. Mahasiswa sering kali merasa kewalahan ketika harus mentranskrip wawancara berjam-jam. -
Subjektivitas Peneliti
Karena peneliti ikut menafsirkan data, hasilnya bisa bias. Mahasiswa harus berusaha menjaga objektivitas meskipun sulit sepenuhnya netral. -
Kesulitan Mendapat Partisipan
Tidak semua orang nyaman diwawancarai atau bercerita panjang lebar. Ada mahasiswa yang butuh waktu berminggu-minggu hanya untuk menemukan partisipan yang mau terbuka. -
Validitas dan Reliabilitas
Banyak kritik yang mengatakan riset kualitatif sulit diukur validitasnya. Oleh karena itu, mahasiswa biasanya menggunakan teknik triangulasi—membandingkan data dari berbagai sumber untuk memastikan kebenaran.
Namun di balik tantangan itu, riset kualitatif memberi kepuasan tersendiri. Banyak mahasiswa yang merasa lebih dekat dengan masyarakat dan lebih memahami realitas sosial yang kompleks.
Tips Praktis Memulai Riset Kualitatif Mahasiswa
Bagi mahasiswa yang baru pertama kali mencoba riset kualitatif, berikut beberapa tips yang bisa membantu:
-
Pilih Topik yang Menarik Hati
Kalau topik penelitian sesuai minat, prosesnya akan lebih menyenangkan. -
Latih Kemampuan Bertanya
Wawancara bukan sekadar membaca daftar pertanyaan, tapi juga menggali cerita dengan empati. -
Buat Jadwal yang Realistis
Karena prosesnya panjang, manajemen waktu sangat penting. -
Gunakan Alat Bantu
Aplikasi perekam suara, software analisis data kualitatif, hingga AI transcription bisa sangat membantu. -
Belajar dari Penelitian Sebelumnya
Banyak jurnal mahasiswa yang bisa jadi referensi. Dari situ, mahasiswa bisa belajar bagaimana cara menyusun analisis yang runtut.
Ada satu anekdot dari seorang dosen pembimbing. Ia pernah berkata pada mahasiswanya: “Riset kualitatif itu ibarat mendengarkan cerita orang lain, tapi dengan telinga seorang ilmuwan.” Kalimat itu terasa sederhana, tapi sebenarnya menggambarkan esensi penelitian ini.
Kesimpulan
Riset kualitatif mahasiswa adalah perjalanan intelektual yang penuh cerita, emosi, dan makna. Dari sekadar wawancara, observasi, hingga analisis mendalam, mahasiswa belajar memahami dunia tidak hanya dari angka, tapi juga dari perspektif manusia.
Meski penuh tantangan, riset kualitatif memberi kesempatan untuk benar-benar menyelami kehidupan sosial. Dan pada akhirnya, penelitian ini tidak hanya menghasilkan skripsi, tapi juga pengalaman berharga yang akan selalu melekat pada diri mahasiswa.
Baca Juga Konten Dengan Artikel Terkait Tentang: Pengetahuan
Baca Juga Artikel Dari: Manajemen Skripsi: Strategi Cerdas Mahasiswa Tugas Akhir
#Kualitatif #Kualitatif Mahasiswa #riset #Riset Kualitatif #Riset Kualitatif Mahasiswa #Riset Mahasiswa