
Jakarta, inca.ac.id – Bayangkan ini: Seorang mahasiswa semester lima, belum lulus kuliah, namun namanya sudah terpampang di jurnal Publikasi Internasional. Bukan hal mustahil. Bahkan, ini sudah jadi tren akademik global saat ini. Banyak kampus ternama di Indonesia mendorong mahasiswanya untuk “go international” lewat karya ilmiah.
Mengapa ini penting?
-
Membentuk rekam jejak akademik: Mahasiswa yang punya publikasi internasional lebih dilirik beasiswa, program magister, dan rekruter.
-
Akses komunitas riset global: Publikasi membuka gerbang diskusi dengan peneliti dari luar negeri.
-
Kebanggaan personal dan institusi: Nama kamu tak hanya tercatat di jurnal, tapi juga mengangkat nama almamater.
Menurut beberapa dosen pembimbing riset dari kampus ternama, mahasiswa yang sudah mencoba submit ke jurnal bereputasi akan punya pola pikir riset lebih tajam. Sebab, standar yang diharapkan jauh lebih tinggi dari tugas akhir biasa.
Di sinilah pentingnya tahu cara menulis publikasi dengan strategi, bukan sekadar asal tulis.
Menemukan Ide: Bukan Harus Hebat, Tapi Harus Relevan
Salah satu kendala terbesar mahasiswa saat memulai publikasi adalah: “Saya belum punya topik besar seperti dosen.” Padahal, publikasi bukan soal topik luar biasa, tapi cara kamu mengeksekusi ide sederhana secara ilmiah dan sistematis.
Contoh: Seorang mahasiswa Psikologi meneliti “Hubungan Durasi Penggunaan Media Sosial dengan Kualitas Tidur Mahasiswa.” Topik ini terdengar umum, tapi karena datanya kuat dan dianalisis dengan baik, ia diterima di jurnal Asia Pasifik berindeks Scopus.
Tips menemukan topik:
-
Lihat fenomena sekitar: Jadikan masalah nyata jadi ide penelitian.
-
Baca jurnal terkini: Amati tren apa yang sedang naik daun dalam bidangmu.
-
Konsultasikan dengan dosen: Mereka tahu celah penelitian yang “jarang disentuh.”
Ingat, novelty atau kebaruan bisa muncul dari cara pandang atau konteks lokal, bukan cuma dari topik besar.
Proses Menulis: Membangun Tulisan Ilmiah yang Solid
Oke, kamu sudah punya topik. Selanjutnya? Saatnya menulis. Tapi ini bukan menulis esai kuliah biasa. Ini menulis untuk jurnal internasional. Berarti kamu harus memahami struktur dan gaya yang mereka harapkan.
Struktur umum artikel ilmiah:
-
Judul: Harus jelas, spesifik, dan menggambarkan isi riset.
-
Abstrak: Ringkasan dari seluruh isi, biasanya sekitar 200-250 kata.
-
Pendahuluan: Jelaskan latar belakang, tujuan, dan pentingnya studi.
-
Metode: Harus transparan dan dapat direplikasi.
-
Hasil dan Diskusi: Paparkan data dan analisis yang tajam.
-
Kesimpulan: Singkat, padat, dan menyentuh kontribusi.
-
Referensi: Gunakan gaya sitasi yang sesuai jurnal target (APA, MLA, IEEE, dll).
Gaya menulis juga penting:
-
Gunakan bahasa Inggris formal dan akademik.
-
Hindari penggunaan “I” atau “we” jika jurnal menginginkan nada netral.
-
Hindari kalimat panjang berliku. Pakai kalimat langsung dan logis.
Dan jangan lupa: Proofreading is a must!
Memilih Jurnal: Jangan Sembarangan Submit
Satu kesalahan fatal mahasiswa pemula adalah: mengirim artikel ke jurnal yang tidak sesuai bidangnya atau ke jurnal predator.
Cara memilih jurnal:
-
Pastikan fokus dan scope jurnal sesuai dengan topik tulisanmu.
-
Cek apakah jurnal tersebut terindeks (misalnya Scopus, Web of Science, DOAJ).
-
Perhatikan template dan author guidelines—tiap jurnal punya format ketat.
-
Hindari jurnal yang menjanjikan publish cepat dengan biaya besar tanpa proses review. Itu red flag.
Kisah nyata: Seorang mahasiswa dari kampus di Malang mengirim ke jurnal yang terlihat “resmi”, tapi setelah membayar biaya $250, artikelnya diposting tanpa revisi. Ternyata jurnal tersebut predator. Sejak itu, ia selalu mengecek jurnal lewat situs-situs validasi seperti SINTA dan DOAJ.
Lebih baik menunggu 4 bulan dan diterima di jurnal bereputasi daripada langsung tayang tapi tidak diakui akademik.
Strategi Submit dan Menanggapi Reviewer
Menulis sudah selesai. Saatnya submit. Tapi jangan lengah. Proses ini butuh ketelitian administratif.
Hal-hal yang harus disiapkan:
-
File artikel sesuai template jurnal
-
Surat pengantar (cover letter)
-
Copyright transfer (kalau diminta)
-
Data tambahan (jika diperlukan)
Setelah submit, biasanya naskah akan masuk tahap peer review. Di sinilah ujian sebenarnya dimulai.
Reviewer akan:
-
Mengoreksi logika tulisan
-
Menguji validitas data
-
Memberi saran revisi
-
Bisa juga menolak langsung jika tak sesuai kriteria
Jangan baper saat direvisi. Semua penulis, bahkan yang sudah profesor, pernah direvisi. Kuncinya adalah menanggapi dengan rendah hati dan menjelaskan revisi dengan jelas dalam format Response to Reviewer.
Contoh respons sederhana:
“We appreciate Reviewer 2’s comment regarding our data visualization. We have revised Figure 3 to improve clarity and added explanation in the Results section.”
Tips Tambahan: Menguatkan Kemampuan dan Mental Menulis
Jika kamu masih merasa ragu memulai, ini beberapa cara mengasah kemampuan publikasi:
-
Ikuti pelatihan menulis ilmiah yang diadakan kampus atau lembaga akademik.
-
Bergabung dalam komunitas riset atau kepenulisan akademik.
-
Minta bimbingan dosen yang sudah punya pengalaman publikasi.
-
Latih diri dengan menulis di blog ilmiah atau media kampus.
Dan yang terpenting: jangan takut gagal. Bahkan jika artikelmu ditolak, proses belajar dari revisi dan penolakan adalah bagian dari pertumbuhan ilmiah.
Kesimpulan: Dari Mahasiswa Lokal Menuju Kontributor Global
Publikasi internasional bukan milik mahasiswa luar negeri saja. Mahasiswa Indonesia bisa—dan sudah banyak yang membuktikannya. Kuncinya adalah niat, ketekunan, dan kemauan belajar.
Artikel ini hanya panduan. Langkah nyatamu adalah yang menentukan.
Jadi, apakah kamu siap menjadi mahasiswa yang tak hanya menulis untuk nilai, tapi juga untuk dunia?
Selamat menulis dan menaklukkan jurnal internasional. Dunia menanti pemikiranmu.
Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Pengetahuan
Baca Juga Artikel dari: Mengenal Acara Orientasi Mahasiswa: Gerbang Dunia Kampus
Silahkan Kunjungi Website Resmi: Inca Residence
#Internasional #Internasional Publikasi #Publikasi #Publikasi Internasional