
Iklim Antibias Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi dalam kancah internasional. Kali ini, ITS bekerja sama dengan mitra dari Inggris untuk mengembangkan model iklim antibias berbasis teknologi mutakhir. Proyek ini bernilai sekitar Rp 7 miliar dan menjadi langkah penting dalam upaya mengatasi perubahan iklim secara lebih adil dan akurat.
Kerja sama ini melibatkan para ilmuwan, peneliti, serta lembaga penelitian terkemuka dari kedua negara. Fokus utama proyek ini adalah menciptakan sistem prediksi iklim yang mampu meminimalisasi bias data, sehingga hasilnya dapat digunakan secara lebih merata oleh masyarakat di berbagai lapisan dan wilayah.
Upaya ini menandai babak baru dalam kolaborasi ilmiah antara Indonesia dan Inggris. Lebih jauh lagi, proyek ini juga mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya dalam hal penanganan perubahan iklim dan peningkatan kapasitas adaptasi.
Latar Belakang Proyek Iklim Antibias
Perubahan iklim telah menjadi tantangan global yang memengaruhi berbagai aspek kehidupan, mulai dari pertanian, kesehatan, hingga ekonomi. Namun, tidak semua wilayah memiliki akses yang sama Mading Online terhadap informasi prediksi iklim yang akurat. Di sinilah konsep “iklim antibias” menjadi penting.
Selama ini, banyak model iklim global yang dinilai kurang representatif terhadap kondisi lokal, khususnya di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Model-model tersebut sering kali dibuat berdasarkan data dari wilayah tertentu di belahan utara bumi, yang kurang relevan dengan kondisi tropis atau kepulauan.
ITS melalui Pusat Unggulan Iptek (PUI) Teknologi Modifikasi Cuaca, bersama dengan mitra dari Inggris seperti University of Leeds dan UK Met Office, berupaya mengatasi ketimpangan ini. Dengan pendekatan baru yang mengutamakan keadilan data, model iklim antibias ini diharapkan mampu menyajikan prediksi cuaca yang lebih tepat dan dapat digunakan oleh masyarakat di seluruh wilayah Indonesia.
Tujuan dan Fokus Kolaborasi Internasional
Kerja sama antara ITS dan mitra Inggris ini memiliki beberapa tujuan utama, antara lain:
-
Mengembangkan model prediksi iklim antibias yang berbasis data lokal dan regional
-
Meningkatkan kapasitas riset dan sumber daya manusia dalam bidang klimatologi dan data science
-
Memperkuat sistem peringatan dini untuk bencana alam terkait cuaca ekstrem
-
Mendorong kebijakan publik yang berbasis pada data ilmiah yang adil dan inklusif
Selain itu, proyek ini juga mendorong transfer teknologi dan pengetahuan dari lembaga internasional ke institusi lokal. Proses ini mencakup pelatihan intensif, workshop, pertukaran peneliti, serta pengembangan infrastruktur digital yang mendukung pemodelan iklim secara real-time.
Nilai Investasi dan Sumber Pendanaan
Total nilai proyek ini diperkirakan mencapai Rp 7 miliar, dengan dukungan dana dari Newton Fund yang dikelola oleh pemerintah Inggris, serta dana penelitian nasional dari Kemendikbudristek. Anggaran ini digunakan untuk mendanai seluruh aspek proyek, mulai dari riset dasar, pengembangan perangkat lunak, hingga pengujian dan validasi sistem.
Sebagian dana juga dialokasikan untuk mendukung pelatihan tenaga ahli dari Indonesia agar dapat memahami teknologi baru yang dikembangkan bersama mitra internasional. Hal ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang untuk membangun kemandirian dalam pemodelan iklim yang inklusif dan adil.
Teknologi di Balik Model Iklim Antibias
Model iklim antibias yang dikembangkan dalam proyek ini menggunakan pendekatan berbasis kecerdasan buatan (AI) dan machine learning untuk menyesuaikan parameter iklim global dengan kondisi lokal. Teknologi ini mampu membaca pola data cuaca masa lalu, kemudian mengoreksi bias yang muncul akibat ketidakseimbangan representasi geografis atau metodologis.
Proses kalibrasi model dilakukan secara iteratif menggunakan data historis dari BMKG, stasiun iklim lokal, serta citra satelit. Algoritma yang digunakan dapat belajar dari ketidakakuratan masa lalu untuk menghasilkan proyeksi iklim yang lebih konsisten.
Selain itu, sistem ini juga dirancang untuk bersifat open source, agar dapat dimanfaatkan oleh pemerintah daerah, akademisi, hingga organisasi masyarakat sipil dalam mengambil keputusan berbasis cuaca dan iklim.
Dampak Langsung terhadap Masyarakat
Salah satu aspek penting dari model iklim antibias adalah kemampuannya untuk memberikan manfaat langsung kepada masyarakat. Informasi prediksi iklim yang akurat dapat membantu petani dalam menentukan jadwal tanam dan panen, nelayan dalam memilih waktu melaut, serta warga kota dalam menghadapi banjir atau gelombang panas.
Dengan mengurangi bias dalam sistem prediksi, masyarakat di daerah terpencil yang sebelumnya tidak mendapat perhatian dalam model konvensional kini bisa memperoleh informasi yang relevan dengan kondisi lokal mereka.
ITS dan para mitra juga bekerja sama dengan pemerintah daerah di beberapa provinsi seperti Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, dan Papua untuk melakukan uji coba dan pelatihan pemanfaatan model iklim antibias ini di lapangan.
Tantangan dan Strategi Pengembangan
Tentu saja, pengembangan model iklim antibias ini bukan tanpa tantangan. Beberapa kendala utama yang dihadapi meliputi:
-
Keterbatasan data iklim historis yang berkualitas tinggi
-
Kurangnya sumber daya manusia dengan kompetensi di bidang klimatologi dan data science
-
Kompleksitas dalam mengintegrasikan data dari berbagai sumber
Untuk mengatasi hal tersebut, ITS dan mitra Inggris mengembangkan pendekatan kolaboratif lintas disiplin yang melibatkan pakar klimatologi, ahli statistik, pengembang perangkat lunak, dan perencana kebijakan. Selain itu, mereka juga membangun platform digital berbasis cloud untuk memudahkan akses dan integrasi data secara real-time.
Proses pelatihan dan pendidikan menjadi bagian integral dari proyek ini. Mahasiswa ITS, baik dari jenjang sarjana maupun pascasarjana, dilibatkan secara aktif dalam penelitian dan pengembangan agar mereka siap menjadi generasi ilmuwan iklim masa depan.
Potensi Replikasi di Negara Berkembang Lain
Keberhasilan pengembangan model iklim antibias di Indonesia menjadi perhatian lembaga-lembaga internasional yang bergerak di bidang iklim. Model ini berpotensi besar untuk direplikasi di negara-negara berkembang lainnya yang memiliki tantangan serupa, seperti Filipina, India, hingga negara-negara di Afrika Timur.
Indonesia sebagai negara kepulauan tropis yang rentan terhadap perubahan iklim dapat menjadi role model dalam pengembangan sistem iklim yang adil dan berbasis data lokal. Pengalaman ITS dalam mengintegrasikan teknologi canggih dengan konteks sosial-budaya lokal menjadi aset berharga dalam proses replikasi ini.
Kolaborasi antarnegara berkembang pun mulai dijajaki untuk membentuk konsorsium riset iklim yang saling berbagi teknologi, data, dan sumber daya manusia demi mengatasi tantangan global secara kolektif.
Komitmen ITS terhadap Riset Berkelanjutan
ITS telah lama dikenal sebagai salah satu pusat inovasi teknologi di Indonesia. Komitmen terhadap riset berkelanjutan terus ditunjukkan lewat berbagai proyek strategis yang berdampak langsung pada masyarakat. Dalam konteks iklim, ITS juga aktif dalam pengembangan sistem modifikasi cuaca, sistem peringatan banjir, hingga platform digital untuk mitigasi bencana.
Proyek iklim antibias ini hanyalah satu dari sekian banyak inisiatif ITS dalam menjawab tantangan zaman. Dengan menggandeng mitra internasional, ITS menunjukkan bahwa perguruan tinggi Indonesia mampu bersaing di level global dalam bidang riset dan teknologi.
Selain kontribusi akademik, ITS juga mendorong hasil risetnya untuk masuk ke ranah kebijakan publik. Hal ini dilakukan melalui kemitraan dengan pemerintah, lembaga donor, serta masyarakat sipil agar inovasi yang dihasilkan tidak hanya berhenti di laboratorium, melainkan benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas.
Kesimpulan
Pengembangan model iklim antibias oleh ITS bersama mitra Inggris merupakan tonggak penting dalam diplomasi ilmiah Indonesia. Dengan pendekatan berbasis keadilan data dan teknologi AI, sistem ini mampu mengoreksi bias dalam prediksi cuaca, sekaligus menjawab kebutuhan lokal secara lebih tepat sasaran.
Nilai proyek yang mencapai Rp 7 miliar mencerminkan betapa pentingnya investasi dalam sistem informasi iklim yang adil dan inklusif. Lebih dari sekadar kolaborasi riset, proyek ini menciptakan jembatan antara ilmu pengetahuan dan kebutuhan nyata masyarakat yang terdampak perubahan iklim.
Jika berhasil, model ini bukan hanya mengubah cara kita memandang sistem prediksi iklim, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia sebagai pelopor dalam inovasi iklim berbasis keadilan. Sebuah langkah nyata menuju masa depan yang lebih resilien dan berkelanjutan.
Baca Juga Artikel Berikut: Organisasi Konstruksi: Sebuah Jantung Proyek Bangunan Modern