Jakarta, inca.ac.id – Di tengah malam yang sunyi, seorang mahasiswa bernama Fina menatap langit-langit kamar kosnya. Skripsi belum selesai, pesan dosen belum dibalas, dan deadline beasiswa tinggal dua hari lagi.
Namun, bukannya mulai menulis, Fina justru terjebak dalam lingkaran pikiran: “Kalau dosen gak suka hasilnya gimana?”, “Kalau aku gagal lagi?”, “Apa aku sebenarnya cocok kuliah di jurusan ini?”

Inilah potret nyata overthinking mahasiswa — kondisi ketika otak bekerja terlalu keras memikirkan hal-hal yang belum tentu terjadi.
Fenomena ini bukan hal baru di dunia perkuliahan, tapi kini semakin banyak mahasiswa yang mengalaminya akibat tekanan akademik, sosial, hingga ekspektasi diri yang tinggi.

Menurut pengamatan psikolog kampus, overthinking menjadi salah satu penyebab utama burnout mahasiswa, diikuti dengan stres akademik dan kecemasan sosial.
Masalahnya, overthinking sering tak terlihat secara fisik — ia bekerja diam-diam, seperti virus yang menggerogoti semangat dan fokus belajar.

Mengapa Mahasiswa Rentan Mengalami Overthinking?

Overthinking Mahasiswa

Banyak faktor yang membuat mahasiswa rentan tenggelam dalam pikiran berlebihan.
Beberapa di antaranya saling berhubungan, menciptakan siklus mental yang sulit dihentikan.

a. Tekanan Akademik yang Berlebihan

Tugas kuliah, ujian, praktikum, hingga tuntutan IPK tinggi sering membuat mahasiswa merasa hidupnya hanya berputar di sekitar prestasi akademik.
Ketika nilai tak sesuai harapan, muncullah pikiran seperti, “Aku gagal,” atau “Mungkin aku tidak cukup pintar.”

b. Ketidakpastian Masa Depan

Pertanyaan seperti “Setelah lulus mau kerja di mana?” atau “Apakah jurusanku menjanjikan?” bisa menjadi sumber kekhawatiran terus-menerus.
Banyak mahasiswa merasa harus punya rencana sempurna padahal realitanya belum tentu sejalan dengan ekspektasi.

c. Ekspektasi dari Lingkungan

Tekanan dari keluarga, teman, atau media sosial membuat mahasiswa membandingkan diri secara terus-menerus.
Melihat teman sudah magang di perusahaan besar, sementara diri sendiri masih berjuang menyusun proposal, bisa menimbulkan perasaan minder yang memperparah overthinking.

d. Kurangnya Manajemen Waktu dan Emosi

Banyak mahasiswa tidak menyadari pentingnya istirahat mental.
Padahal, kurang tidur dan kelelahan emosional memperburuk kecenderungan berpikir berlebihan.

Dampak Overthinking terhadap Mahasiswa

Overthinking bukan hanya masalah pikiran; ia bisa berdampak langsung pada performa akademik dan kesejahteraan mental.

a. Konsentrasi Menurun

Mahasiswa yang overthinking sering kehilangan fokus saat belajar.
Otak terlalu sibuk memikirkan “bagaimana kalau gagal?” alih-alih mempelajari materi yang sebenarnya.

b. Kualitas Tidur Terganggu

Banyak mahasiswa mengalami insomnia karena pikiran yang tak berhenti berputar.
Kurang tidur kemudian memperburuk suasana hati, mempertinggi stres, dan menurunkan imunitas tubuh.

c. Penurunan Produktivitas

Alih-alih menyelesaikan tugas, mahasiswa overthinking cenderung menunda pekerjaan karena takut hasilnya tidak sempurna.

d. Kesehatan Mental Menurun

Dalam jangka panjang, overthinking dapat memicu kecemasan berlebih (anxiety disorder), depresi ringan, bahkan kelelahan emosional (emotional exhaustion).

Overthinking bukan sekadar “banyak mikir,” tapi bisa menjadi tanda awal masalah psikologis yang perlu ditangani dengan serius.

Tanda-Tanda Mahasiswa Mulai Overthinking

Sebelum terlambat, penting mengenali tanda-tanda awal overthinking:

  1. Sulit mengambil keputusan sederhana.
    Misalnya, memilih topik skripsi atau menentukan jadwal belajar bisa terasa berat.

  2. Sering menyesali masa lalu.
    Pikiran seperti “Andai waktu itu aku…,” terus menghantui.

  3. Menganalisis terlalu dalam hal-hal kecil.
    Seperti pesan singkat dari dosen atau ekspresi teman di kelas.

  4. Kesulitan fokus saat belajar atau kuliah.

  5. Merasa lelah meski tidak banyak aktivitas.

Jika tanda-tanda ini sering muncul, itu pertanda tubuh dan pikiran butuh istirahat — bukan sekadar tidur, tapi jeda dari tekanan mental.

Cara Mengatasi Overthinking Mahasiswa

Berikut strategi praktis yang bisa membantu mahasiswa keluar dari lingkaran pikiran berlebihan:

a. Sadari Pola Pikiran

Langkah pertama adalah menyadari kapan pikiran mulai berlebihan.
Catat situasi pemicunya, lalu tanyakan pada diri sendiri: “Apakah ini fakta atau hanya asumsi?”

b. Latih Mindfulness

Berlatih mindfulness atau kesadaran diri membantu mahasiswa fokus pada saat ini, bukan masa lalu atau masa depan.
Kegiatan sederhana seperti meditasi 5 menit atau berjalan tanpa gawai bisa membantu menenangkan pikiran.

c. Batasi Konsumsi Media Sosial

Media sosial sering menjadi pemicu overthinking karena membandingkan diri dengan pencapaian orang lain.
Sisihkan waktu bebas layar minimal 1 jam sebelum tidur untuk menenangkan pikiran.

d. Bagi Masalah Jadi Langkah Kecil

Ketimbang memikirkan semuanya sekaligus, pecah masalah besar menjadi tugas-tugas kecil yang bisa dikerjakan satu per satu.
Prinsip ini dikenal sebagai chunking technique — efektif untuk mengurangi kecemasan.

e. Cerita dengan Orang Lain

Berbagi cerita dengan teman, dosen pembimbing, atau konselor kampus bisa membuka perspektif baru dan meringankan beban pikiran.

Peran Kampus dan Lingkungan dalam Mengatasi Overthinking

Kampus memiliki tanggung jawab besar untuk menciptakan lingkungan belajar yang sehat.
Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:

  • Membentuk unit konseling kampus yang mudah diakses mahasiswa.

  • Memberikan pelatihan manajemen stres dan waktu secara rutin.

  • Mendorong dosen dan pembimbing akademik lebih peka terhadap tanda-tanda tekanan mental mahasiswa.

  • Menghadirkan kegiatan non-akademik yang menyeimbangkan kehidupan kampus, seperti klub hobi atau kegiatan sosial.

Karena pada akhirnya, pendidikan bukan hanya tentang nilai dan gelar, tapi juga tentang membentuk manusia yang seimbang antara pikiran dan perasaan.

Penutup: Tenangkan Pikiran, Bukan Hilangkan Pikiran

Overthinking mahasiswa adalah masalah nyata yang tidak bisa dianggap remeh.
Pikiran memang tak bisa dikendalikan sepenuhnya, tapi bisa diarahkan.
Kuncinya bukan menghapus pikiran negatif, melainkan mengubah cara kita menanggapinya.

Mahasiswa perlu belajar berkata pada diri sendiri:

“Aku tidak harus tahu segalanya sekarang, cukup lakukan yang bisa aku lakukan hari ini.”

Karena hidup di dunia kampus bukan tentang siapa yang paling cepat selesai, tapi siapa yang paling kuat bertahan dengan tenang.

Baca Juga Konten Dengan Artikel Terkait Tentang: Pengetahuan

Baca Juga Artikel Dari: Stres Kuliah: Tantangan Psikologis Mahasiswa di Era Digital yang Tak Terhindarkan

Penulis

Categories:

Related Posts

Mahasiswa Burnout Mahasiswa Burnout: Ketika Ambisi Akademik Berbalik Menjadi Beban
Jakarta, inca.ac.id – Malam itu, lampu di kamar kos Dita masih menyala pukul dua pagi.
Expertise Exchange Expertise Exchange: Empowering Professionals Through Cmapus Collaboration
JAKARTA, inca.ac.id – Expertise exchange is a transformative approach that fosters collaboration among professionals, particularly within
Molekul dan Atom dalam Kehidupan Sehari-hari: Fakta Menarik yang Perlu Diketahui Molekul dan Atom: Fondasi Pengetahuan Ilmiah yang Tak Ternilai
JAKARTA, inca.ac.id – Saat pertama kali saya duduk di kelas sains, guru kami memulai dengan
Ekologi Pengetahuan Ekologi Pengetahuan dan Keterhubungan Ilmu Pendidikan Modern
inca.ac.id  —   Ekologi Pengetahuan merupakan konsep yang menjelaskan keterkaitan antara berbagai bentuk pengetahuan manusia, baik