Jakarta, inca.ac.id – Kalau kamu pernah bertanya dalam hati, “Kenapa langit biru?”, “Kenapa harus sekolah?”, atau “Kok dia ghosting ya?”—selamat, kamu adalah manusia normal dengan rasa ingin tahu yang sehat.

Dan itulah titik awal dari Sumber Pengetahuan.

Manusia itu makhluk penasaran. Bahkan sejak bayi, kita belajar lewat eksplorasi: meraba, menggigit, melihat sekitar. Seiring waktu, kita mengumpulkan informasi dan menyusunnya jadi pengetahuan. Tapi… dari mana semua itu datang?

Saya masih ingat waktu kecil, saya percaya hujan itu turun karena langit sedang sedih. Ibu saya tak membantah, tapi dengan lembut memperkenalkan konsep “evaporasi” waktu saya SD. Itulah momen pertama saya sadar bahwa pengetahuan itu bisa berubah, dan bisa datang dari berbagai sumber.

Nah, dalam dunia filsafat, sains, dan bahkan pendidikan modern, “sumber pengetahuan” diklasifikasikan jadi beberapa jenis. Yuk, kita gali satu per satu—dari yang klasik sampai yang paling kekinian.

Sumber Pengetahuan Klasik: Antara Akal dan Pengalaman

Sumber Pengetahuan

a. Rasio (Rasionalisme)

Rasionalisme percaya bahwa pengetahuan datang dari akal atau logika. Tokoh-tokoh seperti René Descartes bilang, kita bisa tahu sesuatu itu benar hanya lewat berpikir.

Contoh nyatanya?

  • Matematika.

  • Filosofi.

  • Logika deduktif.
    Misalnya: Semua manusia pasti mati. Socrates adalah manusia. Maka… ya, kamu tahu akhir kalimatnya.

Tapi, rasionalisme ini kadang kaku. Misalnya, gimana kita menjelaskan rasa manis dari es krim stroberi hanya lewat logika?

b. Empiris (Empirisme)

Berbanding terbalik, empirisme bilang pengetahuan datang dari pengalaman langsung dan panca indera. Jadi, kamu baru benar-benar tahu sesuatu setelah kamu melihat, menyentuh, mencium, merasakan, atau mendengar sendiri.

Tokoh pentingnya: John Locke, yang menyebut manusia itu lahir sebagai tabula rasa alias kertas kosong.

Contoh empirik?

  • Kamu tahu api panas karena pernah nyentuh korek.

  • Kamu tahu sambal pedas bukan dari teori, tapi dari keringat di jidat waktu makan pecel lele level 3.

c. Intuisi

Kadang kita “tahu” sesuatu tanpa tahu dari mana. Misalnya, kamu tiba-tiba merasa gelisah, dan ternyata temanmu sedang butuh bantuan. Nah, intuisi dianggap sebagai sumber pengetahuan langsung tanpa melalui proses logis atau pengalaman.

Beberapa psikolog modern percaya intuisi ini lahir dari kombinasi pengalaman bawah sadar dan refleksi cepat otak.

Sumber Pengetahuan Modern: Teknologi dan Kolaborasi Sosial

a. Otoritas

Dosen, guru, orang tua, ahli gizi, dokter, content creator—mereka semua bisa jadi sumber pengetahuan karena dianggap tahu lebih dulu. Tapi penting: otoritas bukan berarti selalu benar.

Contohnya?

  • Kamu percaya dokter karena dia kuliah bertahun-tahun, bukan karena dia pakai jas putih doang.

  • Kamu percaya dosen statistik karena dia bawa SPSS, bukan cuma karena dia cerewet.

Tapi kamu juga perlu sikap kritis. Karena bahkan otoritas bisa salah atau bias.

b. Buku, Media, dan Internet

Ini zaman di mana pengetahuan tinggal klik. Tapi, masalahnya, klik yang mana?

Sumber seperti jurnal ilmiah, buku akademik, dan dokumenter punya kredibilitas tinggi. Tapi TikTok, forum Reddit, dan grup WhatsApp keluarga juga—anehnya—menjadi rujukan bagi sebagian orang

Jadi, kemampuan literasi informasi sangat penting. Kamu harus bisa membedakan mana:

  • Fakta vs opini.

  • Data vs asumsi.

  • Pengetahuan vs hoaks.

c. Kecerdasan Buatan & Mesin Pencari

Siapa hari ini yang gak pernah nanya ke Google?

Atau bahkan ke ChatGPT (halo, ini saya)? AI bisa jadi sumber pengetahuan yang luas dan cepat, tapi tetap perlu diverifikasi. AI mengandalkan data yang diberikan manusia, jadi tetap punya kemungkinan bias.

AI itu kayak teman pintar yang cepat jawab, tapi belum tentu ngerti konteks. Pintar tapi belum tentu bijak.

Sumber Pengetahuan dalam Pendidikan dan Kehidupan Sehari-hari

Sumber Pengetahuan

Dalam Dunia Sekolah & Akademik

  • Pengetahuan deklaratif: tahu apa itu. (Contoh: tahu bahwa Jakarta ibu kota Indonesia)

  • Pengetahuan prosedural: tahu bagaimana. (Contoh: tahu cara bikin presentasi yang meyakinkan)

  • Pengetahuan kondisional: tahu kapan & kenapa. (Contoh: tahu kapan harus presentasi formal dan kapan santai)

Guru bukan satu-satunya sumber. Diskusi kelas, proyek kelompok, bahkan kegagalan saat praktik, semua itu menambah pengetahuan hidup yang gak tertulis di buku.

Dalam Kehidupan Sehari-hari

Kita belajar dari:

  • Orang tua dan keluarga

  • Teman sebaya

  • Media sosial

  • Pengalaman pribadi (baik maupun pahit)

  • Refleksi malam sebelum tidur (kadang paling jujur)

Teman saya pernah belajar pentingnya menjaga password setelah laptopnya diambil adiknya dan semua akun “dikerjain”. Pelajaran mahal, tapi efektif.

Cara Mengasah Akses dan Sikap terhadap Pengetahuan

Punya sumber itu penting. Tapi punya sikap terhadap pengetahuan jauh lebih penting.

Tips Mengasah Literasi Pengetahuan:

  1. Baca dari berbagai sudut pandang.
    Jangan cuma baca yang kamu setujui.

  2. Tanya “kenapa?” bukan cuma “apa?”
    Ini melatih kamu berpikir kritis, bukan cuma menghafal.

  3. Berani revisi pemahaman.
    Pengetahuan itu bisa berkembang. Yang kamu yakini lima tahun lalu bisa jadi keliru hari ini—and that’s okay.

  4. Gunakan teknologi dengan sadar.
    AI, media sosial, dan YouTube adalah tools. Tapi kamu tetap sopirnya.

  5. Diskusi dengan yang beda pendapat.
    Kadang kamu gak belajar hal baru dari yang sependapat, tapi dari yang berbeda pandangan.

Penutup: Di Era Informasi, Pilih Pengetahuan yang Mencerahkan

Kita hidup di era di mana informasi berlimpah, tapi pengetahuan yang bijak justru langka. Tantangannya bukan lagi cari informasi, tapi menyaring dan memahami mana yang benar, relevan, dan berguna.

Karena pengetahuan sejati bukan sekadar tahu banyak hal, tapi tahu mana yang penting, dan bagaimana memakainya untuk membuat hidup—dan dunia—sedikit lebih baik.

Jadi, lain kali kamu scroll medsos atau baca sesuatu di internet, tanya dalam hati:
“Ini pengetahuan, atau sekadar noise?”

Baca Juga Artikel dari: Beat Generation: The Rebels of Post-War America – How Free Spirits Changed the World

Penulis

Categories:

Related Posts

Broadband Literacy Broadband Literacy: Teaching the Value of Technology and Connectivity – My Real Story & Why It Matters
JAKARTA, inca.ac.id – Broadband Literacy isn’t just a mouthful of tech jargon. It’s the real
Study Reporting Study Reporting: How Analyzing News Enhances Academic Work (And Makes Research Way More Fun)
JAKARTA, inca.ac.id – Yo, fellow knowledge seekers! Ever feel like your university assignments just blend
Clickbait Berita Clickbait Berita: Strategi Ampuh atau Penyesatan Informasi?
inca.ac.id –  Clickbait berita menjadi fenomena digital yang mendominasi dunia maya. Istilah ini merujuk pada
mikroprosesor cerdas Mikroprosesor Cerdas: Inovasi Canggih di Era Digital
inca.ac.id –  Mikroprosesor Cerdas bukan sekadar otak dari sebuah sistem elektronik, tetapi telah berevolusi menjadi